20 Jun 2012

KOMUNIKASI TERAPEUTIK


KOMUNIKASI KEPERAWATAN

Oleh Tanti Suryawantie S.Kep, Ns

Salah satu komponen asuhan keperawatan yang harus dilakukan oleh seorang perawat adalah pengkajian. Tujuan dari pengkajian tersebut adalah untuk mendapatkan data dasar dari kondisi pasien. Data dasar meliputi: riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik, hasil laboratorium, dan tes diagnosa. Data tersebut didapatkan dari: wawancara, riwayat kesehatan,  hasil laboratorium, dan hasil tes diagnose (Nurjanah, 2003).
Wawancara dengan klien  dilakukan dengan berkomunikasi terapeutik. Komunikasi merupakan komponen dasar dari hubungan antar manusia dan meliputi pertukaran informasi, perasaan, pikiran dan perilaku antara 2 orang atau lebih. Komunikasi mempunyai dua tujuan yaitu untuk pertukaran informasi dan mempengaruhi orang lain (Keliat, 2005). Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan dan dilakukan untuk membantu penyembuhan / pemulihan klien. Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi professional bagi perawat ( Damaiyanti, 2008). 
Untuk lebih jelasnya, bisa di klik disini ( download disini) : 

18 Mar 2012

RENUNGAN
Assalamualaikum..wr wb...
Wah udah lama ga nulis blog..tau tau udah Maret 2012..ga terasa waktu berlalu begitu cepatnya..
melihat kondisi sekarang yang semakin kacau, riweuh, ribet dan tidak kondusif menjadikan diri kita seseorang yang kadang tambah idealis atau malah jadi ngikutin arus da tergelincir dalam kemunafikan...
Apapun diri kita sekarang jadi lah seseorang yang bisa bermanfaat untuk orang lain..
Ada sebuah renungan yang bisa jadi pelajaran buat qt semua..( izin share kpd Ki Bayu Sepi untuk ceritanya)

'''....Diceritakanlah  seseorang yang  mengabdikan dirinya sebagai tukang pikul air pada seorang  majikan dan dia  memiliki seperangkat peralatan berupa dua buah tempayan yang besar, yang keduanya bergantung pada masing-masing ujung sebuah pikulan yang selalu dibawanya menyilang  pada bahunya. Akan tetapi salah satu dari tempayan tersebut retak, sedangkan tempayan yang satunya lagi utuh/tidak retak. Jika tempayan yang tidak retak itu selalu dapat membawa air penuh setelah melakukan perjalanan panjang dari mata air menuju rumah majikannya, maka tempayan retak itu paling banyak hanya dapat membawa air setengahnya saja. Selama bertahun-tahun hal itu terjadi disetiap harinya,
Tentu saja tempayan yang utuh itu merasa sangat bangga.  Si tempayan utuh berkata “Hai kawan, lihatlah  aku! Lihat prestasiku, aku tidak pernah mengecewakan tuanku, karena aku selalu dapat menyelesaikan tugas-tugas yang dibebankan kepadaku dengan sempurna,” katanya sambil membusungkan dada dengan congkaknya. Sombong sekali kedengarannya. Itu  karena dirinya merasa lebih sempurna bila dibandingkan dengan si tempayan yang retak.
Mendengar hal tersebut tentu saja membuat si tempayan retak yang malang itu merasa malu sekali akan ketidaksempurnaannya dan merasa sangat sedih karena ia hanya dapat memberikan setengah saja dari tugas yang seharusnya dapat dilakukan.
 Selama sekian tahun selalu merasa  tertekan oleh suatu keadaan dan kegagalan yang pahit ini, berkatalah tempayan retak itu kepada tukang air : “Saya sangat malu pada diri saya sendiri, dan saya mohon maaf kepadamu.”
“Kenapa harus merasa malu”, dan “Kenapa harus meminta maaf?” kata si tukang air
“Karena saya selama ini hanya mampu membawa setengah porsi dari air yang seharusnya dapat saya bawa.  Karena adanya retakan pada sisi saya sehingga  air yang saya bawa bocor sepanjang jalan menuju rumah majikan kita. Karena cacadku inilah, saya telah membuatmu rugi dan bekerja lebih keras,” kata tempayan tersebut.
Si tukang air merasa kasihan kepada tempayan yang retak, dan dalam belas kasihnya ia berkata : “Baiklah besok kita  kembali kerumah majikan kita, aku ingin kamu memperhatikan bunga-bunga yang tumbuh dan berkembang di sepanjang jalan yang akan kita lalui.”
Benarlah, keesokkan harinya ketika mereka mulai berjalan dari mata air  menuju rumah sang majikan, si tempayan retak memperhatikan jalan yang dilaluinya dan barulah dia menyadari bahwa ada bunga-bunga indah yang tumbuh di sepanjang sisi jalan,  membuatnya tempayan retak sedikit terhibur. Namun pada akhir perjalanan ia kembali bersedih karena separuh dari air yang dibawanya telah habis diperjalanan, dan kembali tempayan retak itu minta maaf kepada tukang air atas kegagalannya tersebut.
Berkata pulalah si tukang air kepada temapayan retak : “ Apakah kamu memperhatikan adanya bunga-bunga yang tumbuh subur sepanjang jalan disisismu, dan bunga bungan yang tumbuh namun gersang  disisi  dimana temanmu  tempayan yang utuh selalu melewati? Bunga bunga disisimu  subur  karena aku menyadari akan cacadmu dan aku memanfaatkanmu. Diamana  setiap hari jika kita berjalan pulang dari mata air, kamu selalu membagikan air terhadap bunga bunga itu.  Sehinga selama beberapa tahun ini  aku telah dapat memetik bunga-bunga indah itu untuk menghiasi meja majikan kita. Tanpa kamu sebagaimana kamu ada, rumah majikan kita takkan dapat menghiasi rumahnya  seindah sekarang.”
-o0o-
Saudaraku, kisah tersebut seyogyanyalah menjadi bahan renungan untuk mengoreksi diri kita  dalam menjalankan kehidupan  sehari-hari
Janganlah kita menjadi sombong dengan apa yang kita mampu, karena kemampuan kita hanya sebutir kecil debu yang tidak  pantas untuk disombongkan apalagi dihadapan-Nya, kita mampu karena kita dimampukan atau mampu karena kehendak-Nya, dan kita hanya kebetulan dipilih menjadi alat-Nya agar kita semua mengetahui  kemuliaan-Nya dan kita tidak pernah tahu  apa yang menjadi rencana-Nya. Dengan kesombongan  akan menyebabkan wawasan kita menjadi sempit dan kerdil, yang pada akhirnya akan menyakiti perasaan orang lain.
 Janganlah kita merasa  lebih bila dibandingkan dengan yang lain, misalnya : lebih cerdas, lebih mampu, lebih beriman, lebih taat,  Karena dengan merasa lebih,  kita akan menjadi tidak peka dan tidak peduli dengan apa yang seharusnya dapat kita berikan terhadap lingkungan disekitar kita. Jangan sampai apa yang kita miliki menjadi  sia-sia dan tidak berarti dihadapan-Nya.
Pada dasarnya setiap orang memiliki cacad dan kekurangannya masing-masing. Jika kita mengkoreksi diri, kita semua adalah tempayan yang retak. Namun jangan menjadi takut akan kekurangan yang kita miliki, kenalilah kekurangan itu. Karena dihadapan Yang Maha Bijaksana tidak ada yang terbuang percuma, melalui bimbingan dan teladan hidup (sunnah)  kita akan dapat mengisi kekurangan tersebut, sehingga kitapun dapat menjadi sarana keindahan atau menjadi lebih indah dan pantas dihadapan-Nya. Saudaraku, bahwa di dalam kelemahan, kita akan dapat menemukan kelebihan.
 Sumber : maulindo.Blogspot.com
Artikel  Edith (Ki Ageng BS)